Indikator asam-basa adalah senyawa halokromik yang
ditambahkan dalam jumlah kecil ke dalam sampel, umumnya adalah larutan yang
akan memberikan warna sesuai dengan kondisi pH larutan tersebut.
Pada temperatur 25° Celsius, nilai pH untuk larutan netral adalah 7,0. Di bawah
nilai tersebut larutan dikatakan asam, dan di atas nilai
tersebut larutan dikatakan basa. Kebanyakan senyawa organik yang dihasilkan makhluk hidup
mudah melepaskan proton (bersifat sebagai Asam Lewis),
umumnya Asam Karboksilat dan Amina, sehingga indikator
asam-basa banyak digunakan dalam bidang kimia hayati dan kimia
analitik. Mekanisme perubahan warna oleh indikator adalah reaksi asam-basa, pembentukan kompleks, dan reaksi redoks
1. Indikator alami
Dalam kehidupan sehari-hari akan ditemukan senyawa dalam tiga
keadaan yaitu asam, basa, dan netral. Ketika mencicipi rasa jeruk maka akan
terasa asam karena jeruk mengandung asam. Sedangkan ketika mencicipi sampo maka
akan terasa pahit karena sampo mengandung basa. Namun sangat tidak baik apabila
untuk mengenali sifat asam atau basa dengan mencicipinya karena mungkin saja
zat tersebut mengandung racun atau zat yang berbahaya. Sifat asam dan basa
suatu zat dapat diketahui menggunakan sebuah indikator.
Indikator yang sering digunakan antara lain kertas
lakmus, fenolftalein, metil merah dan brom timol biru. Indikator
tersebut akan memberikan perubahan warna jika ditambahkan larutan asam atau
basa. Indikator ini biasanya dikenal sebagai indikator sintetis. Dalam
pembelajaran kimia khususnya materi asam dan basa indikator derajat keasaman
diperlukan untuk mengetahui pH suatu larutan. Selain indikator kimia ada juga
indikator alami yang dapat dengan mudah kita peroleh di sekitar kita
Indikator alami dapat dibuat dari bagian tanaman yang berwarna baik
itu bagian batang, daun maupun bunga. Tanaman tersebut misalnya kelopak bunga
sepatu, daun kubis ungu, daun bayam merah, daun bangka-bangkaan, kayu secang,
dan kunyit. Sebenarnya hampir semua tumbuhan berwarna dapat dipakai sebagai
indikator asam basa, tetapi terkadang perubahan warnanya tidak jelas
perbedaannya. Oleh karena itu hanya beberapa saja yang sering dipakai karena
menunjukkan perbedaan warna yang jelas saat berada di lingkungan asam dan saat
berada di lingkungan basa.
Tanaman
yang sering dan dapat dipakai sebagai indikator alami antara lain daun kubis
ungu yang memberikan warna merah dan hijau, daun bayam merah yang memberikan
warna merah dan kuning, kayu secang yang memberikan warna kuning dan merah,
bangka-bangkaan atau nanas kerang yang memberikan warna merah muda (pink) dan
hijau.
Berikut adalah contoh beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan
sebagai indikator asam dan basa.
a. Daun kubis ungu (Brassica oleracea L.)
Merupakan salah satu jenis sayuran yang tidak banyak dikonsumsi,
karena tidak semua orang menyukai rasanya yang sedikit berbeda dengan daun
kubis biasa. Orang yang cukup peka menyatakan kubis ungu ini rasanya agak
pahit. Daun kubis ungu bila dilarutkan dalam air panas akan mengeluarkan zat
kimia yang berwarna biru atau biru keunguan bila terlalu pekat. Zat kimia
inilah yang bila bercampur dengan asam akan berubah warna menjadi merah dan
bila bercampur dengan basa berubah menjadi hijau. Oleh karena ada perbedaan
warna yang jelas dalam suasana asam dan basa, maka ia dapat digunakan sebagai
indikator alami
b. Daun rhoeo discolor atau nanas kerang
Merupakan
tanaman herba yang kuat dengan batang tegak, daun yang menghadap ke bawah
berwarna ungu tua, sedangkan yang menghadap ke atas berwarna hijau, dengan
posisi antar daun saling menelungkup melingkari batangnya. Ada juga yang
mengenal tanaman ini dengan sebutan nanas-nanasan. Cara memanfaatkannya sebagai
indikator adalah dengan mengiris-iris daun bangka-bangkaan ini dan dikeringkan.
Kemudian irisan daun yang sudah kering ini dilarutkan dalam alkohol, maka akan
diperoleh larutan dengan warna kuning kemerahan. Dalam suasana asam warnanya
berubah menjadi merah muda (pink) dan dalam suasana basa berubah menjadi hijau.
Dengan demikian larutan daun rhoeo discolor atau bangka-bangkaan juga
dapat digunakan sebagai indikator alami.
c. Kayu secang (Caesalpinia sappan)
Disebut juga kayu sapang,
kebanyakan digunakan sebagai bahan pengecat. Saat ini kayu secang banyak diolah
sebagai minuman yang berkhasiat untuk mengobati berbagai penyakit (Hembing,
dkk., 1993 : 120). Seperti halnya daun bangka-bangkaan, maka bila kayu secang
diiris tipis-tipis dan dikeringkan (pengeringan biasanya dilakukan dalam oven),
lalu dilarutkan dalam alkohol, akan diperoleh larutan berwarna merah orange. Dalam
suasana asam akan berubah warna menjadi kuning, sedangkan dalam suasana basa
berwarna merah. Dengan demikian larutan kayu secang ini juga dapat digunakan
sebagai indikator alami.
d. Soka
Tumbuhan ini bernama latin Ixora Sp. Soka sebenarnya
merupakan tanaman liar tipe perdu yang tumbuh di hutan. Tanaman ini termasuk
dalam golongan kopi-kopian dan memiliki bunga berwarna cerah. Mulai dari merah
menyala (scarlet), kuning, jingga, merah muda, bahkan putih. Bunganya mekar
bergerombol. Setiap kuntumnya berukuran kecil dengan empat kelopak. Ketika
mekar, bunga-bunga ini memberi semburat warna cerah, di antara hijau daunnya.
Dengan penampilan bunganya yang memancar seperti kembang api dan hidup liar di
hutan-hutan, orang-orang Eropa menjuluki tanaman ini dengan sebutan flame of
the jungle atau api dari hutan. Dengan semakin berkembangnya pengetahuan, jenis
soka hibrida saat ini telah bermunculan dengan menghadirkan warna-warna bunga
yang lebih beragam dan meriah. Saat ini soka telah menjadi tanaman hias di
rumah-rumah karena penampilannya yang menarik. Sebagai indikator asam basa,
yang dimanfaatkan dari tanaman ini adalah ekstrak dari bunganya. Dari larutan
ekstrak yang berwarna coklat bening, akan berubah menjadi merah dalam suasana
asam dan berwarna hijau pekat dalam suasana basa.
e. Bunga Sepatu atau Kembang sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis L.) \
Adalah tanaman semak suku Malvaceae yang
berasal dari Asia Timur dan banyak ditanam sebagai tanaman hias di
daerah tropis dan subtropis.
Bunga besar, berwarna merah dan tidak berbau. Bunga dari berbagai kultivar dan hibrida bisa
berupa bunga tunggal (daun mahkota selapis) atau bunga ganda (daun mahkota
berlapis) yang berwarna putih hingga kuning, oranye hingga merah tua atau merah
jambu.Sebagai indikator asam basa, yang dimanfaatkan dari tanaman ini adalah
ekstrak dari bunganya. Dari larutan ekstrak yang berwarna ungu, akan berubah
menjadi merah dalam suasana asam dan berwarna hijau dalam suasana basa.
f. Kunyit atau kunir, (Curcuma longa Linn. syn. Curcuma
domestica Val.)
Adalah termasuk salah satu tanaman rempah dan obat asli
dari wilayah Asia Tenggara. Tanaman ini kemudian mengalami penyebaran ke daerah
Malaysia, Indonesia, Australia bahkan Afrika. Kunyit tergolong dalam kelompok jahe-jahean,Zingiberaceae.
Kunyit dikenal di berbagai daerah dengan beberapa nama lokal, seperti turmeric (Inggris), kurkuma (Belanda), kunyit (Indonesia
dan Malaysia),kunir (Jawa), koneng (Sunda), konyet (Madura).
Sebagai indikator asam basa, yang dimanfaatkan dari tanaman kunyit adalah
ekstrak dari rimpangnya. Dari larutan ekstrak yang berwarna kuning pekat
(mendekate oranye), akan berubah menjadi kuning jernih dalam suasana asam dan
berwarna merah bata dalam suasana basa.
2. Indikator Buatan
a. Lakmus
Lakmus adalah asam lemah. Lakmus memiliki molekul yang sungguh
rumit yang akan kita sederhanakan menjadi HLit. “H” adalah protonyang
dapat diberikan kepada yang lain. “Lit” adalah molekul asam lemah. Tidak dapat
dipungkiri bahwa akan terjadi kesetimbangan ketika asam ini dilarutkan dalam
air. Pengambilan versi yang disederhanakan kesetimbangan ini:
Lakmus yang tidak terionisasi adalah merah, ketika terionisasi
adalah biru. Sekarang gunakan Prinsip Le Chatelier untuk menemukan apa yang
terjadi jika anda menambahkan ion hidroksida atau beberapa ion hidrogen yang
lebih banyak pada kesetimbangan ini.
Penambahan ion hidroksida:
Penambahan ion hidrogen:
Jika konsentrasi Hlit dan Lit- sebanding:
Pada beberapa titik selama terjadi pergerakan posisi kesetimbangan,
konsentrasi dari kedua warna akan menjadi sebanding. Warna yang anda lihat
merupakan pencampuran dari keduanya.
Alasan untuk membubuhkan tanda kutip disekitar kata “netral” adalah
bahwa tidak terdapat alasan yang tepat kenapa kedua konsentrasi menjadi
sebanding pada pH 7. Untuk lakmus, terjadi perbandingan warna mendekati 50 / 50
pada saat pH 7 – hal itulah yang menjadi alasan kenapa lakmus banyak
digunakan untuk pengujian asam dan basa. Seperti yang akan anda lihat pada
bagian berikutnya, hal itu tidak benar untuk indikator yang lain.
b. Jingga metil (Methyl orange)
Jingga metil adalah salah satu indikator yang banyak digunakan
dalam titrasi. Pada larutan yang bersifat basa, jingga metil berwarna kuning
dan strukturnya adalah:
Sekarang, anda mungkin berfikir bahwa ketika anda menambahkan asam,
ion hidrogen akan ditangkap oleh yang bermuatan negatif oksigen. Itulah tempat
yang jelas untuk memulainya. Tidak begitu!
Pada faktanya, ion hidrogen tertarik pada salah satu ion nitrogen pada
ikatan rangkap nitrogen-nitrogen untuk memberikan struktur yang dapat
dituliskan seperti berikut ini:
Anda memiliki kesetimbangan yang sama antara dua bentuk
jingga metil seperti pada kasus lakmus – tetapi warnanya berbeda.
Anda sebaiknya mencari sendiri kenapa terjadi perubahan warna
ketika anda menambahkan asam atau basa. Penjelasannya identik dengan kasus
lakmus – bedanya adalah warna.
Pada kasus jingga metil, pada setengah tingkat dimana campuran
merah dan kuning menghasilkan warna jingga terjadi pada pH 3.7 –mendekati
netral. Ini akan diekplorasi dengan lebih lanjut pada bagian bawah halaman.
c. Fenolftalein
Fenolftalein adalah indikator titrasi yang lain yang sering
digunakan, dan fenolftalein ini merupakan bentuk asam lemah yang lain.
Pada kasus ini, asam lemah tidak berwarna dan ion-nya berwarna
merah muda terang. Penambahan ion hidrogen berlebih menggeser posisi kesetimbangan
ke arah kiri, dan mengubah indikator menjadi tak berwarna. Penambahan ion
hidroksida menghilangkan ion hidrogen dari kesetimbangan yang mengarah ke kanan
untuk menggantikannya – mengubah indikator menjadi merah muda.
Setengah tingkat terjadi pada pH 9.3. Karena pencampuran warna
merah muda dan tak berwarna menghasilkan warna merah muda yang pucat, hal ini
sulit untuk mendeteksinya dengan akurat.
d. Indikator Universal
Indikator universal merupakan campuran dari bermacam-macam
indikator yang dapat menunjukkan pH suatu larutan dari perubahan
warnanya. Indikator universal ada dua macam yaitu indikator yang berupa kertas
dan larutan.
Indikator kertas berupa kertas serap dan tiap kotak kemasan
indikator jenis ini dilengkapi dengan peta warna. Penggunaannya sangat
sederhana, sehelai indikator dicelupkan ke dalam larutan yang akan diukur
pH-nya. Kemudian dibandingkan dengan peta warna yang tersedia.
Tabel Daftar indikator asam basa
Indikator
|
Rentang pH
|
Kuantitas penggunaan per 10 ml
|
Asam
|
Basa
|
Timol biru
|
1,2-2,8
|
1-2 tetes 0,1% larutan
|
Merah
|
kuning
|
Pentametoksi merah
|
1,2-2,3
|
1 tetes 0,1% dlm larutan 0% alcohol
|
merah-ungu
|
tak berwarna
|
Tropeolin OO
|
1,3-3,2
|
1 tetes 1% larutan
|
Merah
|
kuning
|
2,4-Dinitrofenol
|
2,4-4,0
|
1-2 tetes 0,1% larutan dlm 50% alcohol
|
tak berwarna
|
kuning
|
Metil kuning
|
2,9-4,0
|
1 tetes 0,1% larutan dlm 90% alcohol
|
Merah
|
kuning
|
Metil oranye
|
3,1-4,4
|
1 tetes 0,1% larutan
|
Merah
|
oranye
|
Bromfenol biru
|
3,0-4,6
|
1 tetes 0,1% larutan
|
kuning
|
biru-ungu
|
Tetrabromfenol biru
|
3,0-4,6
|
1 tetes 0,1% larutan
|
kuning
|
biru
|
Alizarin natrium sulfonat
|
3,7-5,2
|
1 tetes 0,1% larutan
|
kuning
|
ungu
|
α-Naftil merah
|
3,7-5,0
|
1 tetes 0,1% larutan dlm 70% alcohol
|
merah
|
kuning
|
p-Etoksikrisoidin
|
3,5-5,5
|
1 tetes 0,1% larutan
|
merah
|
kuning
|
Bromkresol hijau
|
4,0-5,6
|
1 tetes 0,1% larutan
|
kuning
|
biru
|
Metil merah
|
4,4-6,2
|
1 tetes 0,1% larutan
|
merah
|
kuning
|
Bromkresol ungu
|
5,2-6,8
|
1 tetes 0,1% larutan
|
kuning
|
ungu
|
Klorfenol merah
|
5,4-6,8
|
1 tetes 0,1% larutan
|
kuning
|
merah
|
Bromfenol biru
|
6,2-7,6
|
1 tetes 0,1% larutan
|
kuning
|
biru
|
p-Nitrofenol
|
5,0-7,0
|
1-5 tetes 0,1% larutan
|
tak berwarna
|
kuning
|
Azolitmin
|
5,0-8,0
|
5 tetes 0,5% larutan
|
merah
|
biru
|
Fenol merah
|
6,4-8,0
|
1 tetes 0,1% larutan
|
kuning
|
merah
|
Neutral merah
|
6,8-8,0
|
1 tetes 0,1% larutan dlm 70% alcohol
|
merah
|
kuning
|
Rosolik acid
|
6,8-8,0
|
1 tetes 0,1% larutan dlm 90% alcohol
|
kuning
|
merah
|
Kresol merah
|
7,2-8,8
|
1 tetes 0,1% larutan
|
kuning
|
merah
|
α-Naftolftalein
|
7,3-8,7
|
1-5 tetes 0,1% larutan dlm 70% alcohol
|
merah mawar
|
hijau
|
Tropeolin OOO
|
7,6-8,9
|
1 tetes 0,1% larutan
|
kuning
|
merah mawar
|
Timol biru
|
8,0-9,6
|
1-5 tetes 0,1% larutan
|
kuning
|
biru
|
Fenolftalein (pp)
|
8,0-10,0
|
1-5 tetes 0,1% larutan dlm 70% alkohol
|
tak berwarna
|
merah
|
α-Naftolbenzein
|
9,0-11,0
|
1-5 tetes 0,1% larutan dlm 90% alkohol
|
kuning
|
biru
|
Timolftalein
|
9,4-10,6
|
1 tetes 0,1% larutan dlm 90% alkohol
|
tak berwarna
|
biru
|
Nile biru
|
10,1-11,1
|
1 tetes 0,1% larutan
|
biru
|
merah
|
Alizarin kuning
|
10,0-12,0
|
1 tetes 0,1% larutan
|
kuning
|
lilac
|
Salisil kuning
|
10,0-12,0
|
1-5 tetes 0,1% larutan dlm 90% alkohol
|
kuning
|
oranye-coklat
|
Diazo ungu
|
10,1-12,0
|
1 tetes 0,1% larutan
|
kuning
|
ungu
|
Tropeolin O
|
11,0-13,0
|
1 tetes 0,1% larutan
|
kuning
|
oranye-coklat
|
Nitramin
|
11,0-13,0
|
1-2 tetes 0,1% larutan dlm 70% alkohol
|
tak berwarna
|
oranye-coklat
|
Poirrier’s biru
|
11,0-13,0
|
1 tetes 0,1% larutan
|
biru
|
ungu-pink
|
Asam trinitrobenzoat
|
12,0-13,4
|
1 tetes 0,1% larutan
|
tak berwarna
|
oranye-merah
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar